Sebelum aku menikah, aku pernah berada dipilihan yang sulit. Tidak mungkin aku
mencintai 2 pria dengan semua kelebihan yang mereka punya. Ini ujianku. Dahulu, aku sampai pada titik jenuh dimana aku
benar-benar sudah lelah untuk jatuh cinta. Karena disaat yang sama, semakin
hari aku mencintai seseorang, semakin berbekas sakit hati yang akan kuterima.
Berat, kenyataan yang tidak adil. Hingga aku merasa seperti boneka yang akan
ditinggalkan ketika sudah puas dipermainkan. Sakit, sungguh.
Kala itu, aku hanya bisa berdoa dan memasrahkan semua
ketetapan-Nya. Ya, aku semakin gila. Aku kuliah gila-gilaan, kerja gila-gilaan,
project, organisasi kampus, seminar, event, dan lain sebagainya semua
kukerjakan. Cukup diketahui bahwa setiap harinya aku berangkat pagi dan sampai
rumah jam setengah 11 malam untuk melakukan semua kegiatanku di 3 kota. Ya, aku
memang lelah, sangat lelah. Bahkan aku pernah pulang jam setengah 1 malam
karena aku terkena macet saat jalan pulang. Selain do’a dan orang tua,
penyemangatku saat itu cukup dengan coklat, dan aku sudah bahagia, sesimpel
itu.
Aku tidak bermaksud menyiksa diri. Hanya saja aku
berusaha menjadi pribadi yang lebih baik agar cerdas dan tidak mudah terlarut
perasaan. Selain itu, semua aku kerjakan hingga aku benar-benar tidak
menyisakan waktu untuk menikmati gundahku untuk pria yang hanya
mempermainkanku. Sok sibuk? Iya.
Cinta yang paling tulus hanya dari orang tua. Mama
adalah malaikat duniaku yang sangat ku cinta. Mama tahu semua kegiatanku, mama
tahu semua kisahku, mama tahu semua keluh kesahku. Mamalah yang aku peluk erat
sebagai tempatku menumpahkan semua air mata. Aku sangat mencintai mama dan
semua kulakukan untuk membuat mama dan papa ku bahagia. Tanpa kusangka, mamaku
cerita bahwa dalam setiap ibadahnya, terselip doa spesial untukku agar aku
bahagia. Agar aku menemukan pasangan hidupku yang sayang padaku dengan penuh
ketulusan.
Ah, ajaib. Aku bahkan tidak menyadari bahwa doa mama
membuka semua pintu menuju kebahagiaan. Satu persatu ada saja pria yang datang
dan ingin mengenalku lebih jauh. Aku pun menerima perkenalan itu karena aku tidak
turut membawa perasaanku, dan aku menganggap semuanya hanya sebagai teman baik,
tidak lebih. Sehingga aku menjadi lebih nyaman and I can show the real me. Tidak peduli pria-pria tersebut jodohku
atau bukan, niatku hanya menambah relasi pertemanan, dan menambah banyak ilmu
baru, kalaupun jodoh aku yakin dia tidak akan pergi setelah mengetahui sifatku.
Pengalamanku disakiti, membuat aku benar-benar tidak
ingin membalas apalagi menyakiti orang lain. Karena aku tahu rasanya hancur itu
sungguh menyesakkan jiwa. Dan aku juga tidak ingin didoakan yang buruk oleh
orang lain.
Setiap ada pria yang serius menyatakan niat baiknya
padaku, jawabanku bukan ‘iya’ atau ‘tidak’, melainkan ‘takut’. Pernyataan yang
membingungkan karena gantung ya? Iya, maaf. Pengalaman mengajarkanku untuk tidak mudah
percaya pada kalimat bullshit itu
lagi. Ya, aku mengalami krisis kepercayaan pada pria. Disatu sisi aku takut
menyakiti orang lain, aku takut menjadi seorang yang memberikan harapan palsu,
aku takut dipermainkan lagi dan aku takut untuk sakit hati lagi. Entahlah akan
sehancur apa jika aku sakit hati lagi.
Kepada pria-pria yang menyatakan serius denganku saat
itu, aku selalu menjawab dengan jujur sejak awal, aku sedang dekat dengan
siapa, dan mengatakan hal yang sama jika serius silahkan datang pada
orangtuaku. Aku berusaha sebaik mungkin untuk meminimalisir rasa sakit hati pria-pria
tersebut agar tidak terlalu berharap banyak padaku. Namun, silahkan bicara pada
orangtuaku ketika aku sedang tidak sibuk dengan duniaku alias saat aku
mendekati masa lulus nanti. Aku tidak ingin hanya karena pria, akademis ku jadi
berantakan. Karena pengalamanku sebelumnya, aku pernah putus saat sedang sibuk-sibuknya
ujian, dan akhirnya aku menjawab soal sambil menangis dan berpura-pura sedang
flu. Eyelinerku berantakan, mataku jadi sembab sayu, kerudungku sudah tidak
karuan. Ah, aku lemah sekali dahulu!
Pengalaman banyak mengajarkanku untuk bersikap lebih
matang. And now, this is the new me! Seorang
wanita yang pernah tersakiti hatinya tidak akan sama seperti wanita yang
dikenal sebelumnya. Ia akan berubah dengan image
baru yang akan membuat orang lain terkesima dengan pesonanya. Believe me!
Alhamdulillah, Allah mengabulkan
semua do’aku dan do’a orang tuaku. Sudah menjadi kodratnya pria untuk
menjatuhkan pilihan, dan sudah menjadi hak ku untuk menentukan pria yang
terbaik untukku di masa depan. Tidak bisa dipungkiri, aku pasti akan menyakiti
hati orang lain walau aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk jujur sejak awal.
Ujian yang sulit ketika harus menentukan pilihan saat menjadi harapan.
Sampai pada akhirnya, istikharahku menemukan jawaban. Disaat
aku sedang sibuk menyusun tugas akhir, tanpa kusangka salah satu pria yang aku
kenal tiba-tiba berani datang lebih dahulu menyatakan niat baiknya pada kedua
orang tuaku. Iya, pria ini gerak cepat! Entah apa difikirannya hingga mau
menjadikan aku calon istrinya walau aku pernah galak padanya. Aku memang cukup
kenal dengannya walau tidak begitu lama. Namun, keseriusannya membuatku luluh
dan mau untuk jatuh cinta lagi. Aku masih ingat perjuangannya untuk dapat
memenangkan hatiku. Rasa-rasanya ingin kuceritakan betapa ia menjadi pria
kebanggaan yang mampu membuatku lupa dengan perihnya luka.
Bagiku, memilih dan menentukan adalah hal yang lumrah
dalam perkara mendapatkan pasangan hidup. Aku pernah merasakan menunggu tanpa
kepastian, aku pernah merasa tersisihkan, aku pernah merasa dipermainkan, aku
pernah merasa disia-siakan. Namun dibalik pengalaman itu semua, kini aku merasa
menjadi wanita yang paling beruntung karena telah dipilih oleh pria yang mampu
meruntuhkan benteng ego ku yang lelah untuk jatuh cinta. Menjadi wanita yang
bersikap jauh lebih tenang, tidak mudah berapi-api, dan mampu menghilangkan
krisis kepercayaan pada pria. Yang paling penting, Insya Allah merupakan
pasangan hidup paling tepat yang Allah pilihkan untuk membimbingku hingga ke
syurga. Alhamdulillah
😊
Sebagai penutup terakhir, bagi pria yang belum menjadi
pilihan, aku sebagai wanita hanya mampu mengucapkan kalimat maaf yang
sebesar-besarnya. Aku tidak mungkin menentukan pilihan lebih dari 1 pria. Semua
sudah tertulis dalam Lauhil Mahfudz dan aku hanya mampu mencari jawaban lewat
istikharah dan ridho orang tua. Belum tentu apa yang baik menurutmu, adalah
baik menurut Allah. Aku sudah berusaha sebaik mungkin agar tidak menyakiti
orang lain. Diluar itu, aku berharap tetap bisa menjadi teman baikmu, dan semoga
kau tidak membenciku. Walau klasik, aku yakin masih banyak wanita lain yang
lebih baik dan lebih tepat untukmu. Aku tidak akan pernah bosan mengucapkan
kalimat maaf dan semoga kelak kau akan menemukan bahagiamu.